LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
II
PENENTUAN KADAR
AIR DAN KADAR ABU DALAM BISKUIT
28 MARET 2014
Disusun Oleh :
Annisa Etika
Arum
1112016200009
Kelompok 4 :
1.
Aini Nadhokhotani Herpi 1112016200017
2.
Fikri Sholihah 1112016200028
3.
Rendhika Taufik Yudoseno 1112016200036
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
I.
Abstrak
Tujuan
percobaan ini adalah menerapkan prinsip Gravimetri untuk menentukan kadar air.
Kita mengenal begitu banyak bentuk bahkan merk biskuit di Indonesia tanpa
mengetahui berapa sesungguhnya kadar air yang terkandung dalam biskuit
tersebut. SNI (Standar Nasional Indonesia) telah menentukan kandungan kadar air
dan kadar abu dalam segala makanan yang akan dikonsumsi masyarakat.
II.
Landasan teori
Analisis
Gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsure atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetric meliputi
transformasi unsure atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Pemisahan unsur-unsur
atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti : metode
pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis. Pereaksi organik yang
digunakan pada analisis gravimetri dikenal sebagai endapan organik. (S.M.
Khopkar , 1990)
Suatu
cara analisa gravimetri biasanya berdasarkan reaksi kimia, seperti :
aA
+ rR → Aa Rr
dengan ketentuan a
adalah molekul analit A, bereaksi dengan r molekul pereaksi R. hasil Aa Rr
biasanya merupakan zat dengan kelarutan yang kecil yang dapat ditimbang dalam
bentuk yang itu setelah dikeringkan atau yang dapat dibakar menjadi senyawa
lain dengan susunan yang diketahui dan kemudian ditimbang. (A.L. Underwood , 1981)
Dehydrofreezing
metode
ini terdiri dari pengeringan bahan pangan sampai kadar air menurun menjadi 50%
dari kadar air awal. Kualitas bahan pangan yang dikeringkan denga metode ini
mempunyai kualitas yang setara dengan bahan pangan yang dibekukan. Keuntungan
teknik ini adalah pengurangan volume yang dapat mencapai 50% dari berat awal
sehingga dapat menurunkan biaya penyimpanan dan pengemasan dibandingkan
pembekuan biasa. (Dr. Teti
Estiasih, S. TP., M.P , 2009)
III.
Alat bahan &
langkah kerja
a. Alat
dan bahan
1. Biskuit 2 gram
2. Krus
porselen
3. Lumpang
dan mortar
4. Oven
5. Furnest
6. Neraca analitik
b. Langkah
kerja
1. Haluskan
biskuit dengan menggunakan lumpang dan mortar
2. Panaskan
krus porselen di dalam oven dengan temperature 1050 selama 5 menit
dan dinginkan dalam desikator selama 15 menit
3. Timbang
berat kosong porselen yang sudah dipanaskan menggunakan neraca analitik
4. Timbang sebanyak 2 gram biskuit kedalam
porselen ketika masih didalam neraca
5.
Panaskan
porselen yang berisi sampel (biskuit) selama 1,5 jam kedalam oven dengan
temperature 1050
6.
Dinginkan
dalam desikator selama 15 menit kemudian timbang (catat)
7.
Panaskan
kembali porselen selama 10 menit pda temperature 1050 dan dinginkan
selama 5 menit didalam desikator, kemudian timbang dan catat. Ulangi langkah
ke-7 sampai beratnya konstan minimal 3 kali
8.
Setelah
konstan lakukan pemanasan kedalam furnest untuk menentukan kadar abu dalam
temperature 4250 selama 20 menit
IV.
Hasil
dan pembahasan
A.
Hasil
Massa
cawan porselen kosong : 58,3500
gram
Massa
cawan porselen + sampel : 60,3580 gram
Massa
pemanasan I : 60,2619 gram
Massa
pemanasan II : 60,2545 gram
Massa
pemanasan III :
60,2567 gram
Massa
pemanasan IV :
60,2659 gram
Massa
pemanasan V :
60,2644 gram
Massa
pemanasan VI :
60,2611 gram
Hitung
rata – rata bobot : 60,2659 gram + 60,2644 gram + 60,2611 gram
3
= 180,7914 gram =
60,2638 gram
3
Hitung
bobot total = 60,3580 – 60,2638 = 0,0942 gram
Bobot sampel = 60,3580
– 58,3500 = 2,008 gram
Kadar air
= hilang bobot x 100%
g contoh
Kadar
air biskuit = 0,0942
x 100% = 4,6912%
2,008
Penentuan kadar abu
Massa cawan krus : 15,0806 gram
Massa cawan krus + sampel
: 17,0251 gram
Massa
pemanasan : 15,3898 gram
Kadar abu
= penambahan bobot x 100%
g contoh
Massa abu : 1,6353
= 84,0987%
1,9445
B.
Pembahasan
Menurut SNI 01-2973-1992, cookies merupakan salah satu jenis
biskuit yang
dibuat
dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif renyah bila di patahkan dan
penampang potongannya tertekstur padat. (library.binus.ac.id
: 26)
Definisi
kadar air menurut SNI adalah perbandingan berat air yang mengisi rongga pori
material terhadap berat partikel padatnya yang dinyatakan dalam persen.
Pada
percobaan penentuan kadar air dan abu menurut SNI kelompok kami menggunakan
sampel biskuit bermerek goodtime. Goodtime menurut komposisinya menggunakan
tepung terigu dan bahan lainnya. Menurut SNI kadar air dan kadar abu syarat
mutu biskuit sebagai berikut : kadar air max 5%, protein min 9%, lemak min 9,5%, karbohidrat min 70%,
kadar abu max 1,6%, dan jenis tepung tepung terigu. (pphp.deptan.go.id : 1)
Kami telah melakukan uji pada biskuit tersebut
dan hasil dari kadar air biskuit tersebut mencapai 4,6912% artinya kadar air
biskuit tersebut masih dalam syarat mutu SNI dengan maximal 5%. Untuk kadar abu
kami mendapatkan persen yang masih lebih banyak dari syarat mutu SNI dengan
menggunakan perhitungan sebanyak 84,0987%. Hal ini sangat mempengaruhi kualitas
biskuit dengan prosentase kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan SNI yaitu
1,6% maximal.
Pada proses pemanasan
maksimal dilakukan sebanyak tiga kali, tetapi kelompok kami melakukan sampai
enam kali karena nilai yang dihasilkan belum konstan pada proses penimbangan ke
tiga. Hal ini dikarenakan cawan porselen yang digunakan untuk tempat sampel
yang dipanaskan tersentuh dengan kulit manusia. Mengapa tidak diperbolehkan
tersentuh dengan kulit karena kulit mengandung lemak yang dapat menambah bobot
pada cawan porselen tersebut. Jadi cawan yang akan digunakan untuk pemanasan
dari awal habis dicuci tidak boleh dipegang langsung oleh tangan dan harus
memakai alat bantu yaitu penjepit besi.
V.
Kesimpulan
Kadar air dalam biskuit sebanyak 4,6912% keadaan tersebut dapat
dibilang termasuk syarat mutu SNI dan dalam tahap aman untuk dikonsumsi. Kadar
abu yang dihasilkan sebanyak 84,0987% dari syarat mutu SNI hal ini dapat
mempengaruhi kualitas biskuit tersebut.
VI.
Daftar
Pustaka
·
Estiasih,
Teti. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara
·
Khopkar,
S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press
·
Underwood,
A.L. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
Selengkapnya...